RESENSI NOVEL “SANG
PEMIMPI”
1. Identitas Buku
Judul : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Halaman : x + 158 Halaman
Cetakan : ke-14, januari 2008
ISBN: 979-3062-92-4
2. Unsur Intrinsik
Tema
Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi ini tak lain
adalah “persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi
kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi
atau pengharapan”. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan
per kalimatnya dimana penulis berusaha menggambarkan
begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa
seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas
kemustahilan.
adalah “persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi
kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi
atau pengharapan”. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan
per kalimatnya dimana penulis berusaha menggambarkan
begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa
seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas
kemustahilan.
Latar
Dalam novel ini disebutkan latarmya yaitu di Pulau Magai
Balitong, los pasar dan dermaga pelabuhan, di gedung bioskop,
di sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal Bogor, dan Pulau
Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan
malam. Latar nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak
remaja yang diselimuti impian-impian.
Balitong, los pasar dan dermaga pelabuhan, di gedung bioskop,
di sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal Bogor, dan Pulau
Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan
malam. Latar nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak
remaja yang diselimuti impian-impian.
Penokohan
dan Perwatakan
Ikal : baik hati, optimistis, pantang menyerah, penyuka Bang
Rhoma
Arai : pintar, penuh inspirasi/ide baru, gigih, rajin,
pantang menyerah
Jimbron : polos, gagap bicara, baik, sangat antusias padakuda
Pak Balia : baik, bijaksana, pintar
Pak Mustar : galak, pemarah, berjiwa keras
Ibu Ikal: baik, penuh kasih sayang
Pak Balia : baik, bijaksana, pintar
Pak Mustar : galak, pemarah, berjiwa keras
Ibu Ikal: baik, penuh kasih sayang
Ayah Ikal : pendiam, sabar, penuh kasih sayang, bijaksana Dan
tokoh lain Mahader, A Kiun, Pak Cik Basman, Taikong
Hanim, Capo, Bang Zaitun, Pendeta Geovanny, Mak cik dan
Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini.
Hanim, Capo, Bang Zaitun, Pendeta Geovanny, Mak cik dan
Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini.
Alur
Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur maju dan
mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai
kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika menceritakan
peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.
mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai
kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika menceritakan
peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.
Gaya
Penulisan
Gaya
penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan
kata-kata dan kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada
unsur repetitif yang membosankan. Setiap katanya
mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik
tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis
bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas dan
menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak
mengandung letupan intelegensi yang kuat sehingga pembaca
tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-karakter yang
ada dalam novel Sang Pemimpi.
kata-kata dan kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada
unsur repetitif yang membosankan. Setiap katanya
mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik
tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis
bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas dan
menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak
mengandung letupan intelegensi yang kuat sehingga pembaca
tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-karakter yang
ada dalam novel Sang Pemimpi.
Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini adalah
jangan berhenti bermimpi. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap
subbabnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan pernah
bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam
hidupnya. Hal itu secara jelas digambarkan penulis dalam novel
ini dengan maksud memberikan titik terang kepada manusia
yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala
keterbatasan.
jangan berhenti bermimpi. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap
subbabnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan pernah
bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam
hidupnya. Hal itu secara jelas digambarkan penulis dalam novel
ini dengan maksud memberikan titik terang kepada manusia
yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala
keterbatasan.
Sudut
Pandang
Sudut pandang novel ini yaitu “orang pertama” (akuan). Dimana
penulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.
3. Unsur Ekstrinsik
Nilai Moral : Nilai moral pada
novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa humanis
yang terang dalam diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya kehidupan.
Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok remaja yang mempunyai perangai
yang baik dan rasa setia kawan yang tinggi.
Nilai Sosial : Ditinjau dari
nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan
rasa setia kawan yang begitu tinggi antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron.
Masing-masing saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam mewujudkan
impian-impian mereka sekalipun hampir mencapai batas kemustahilan. Dengan didasari
rasa gotong royong yang tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan
pun masih dapat saling membantu satu sama lain.
Nilai Adat istiadat : Nilai adat di sini
juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada sekolah tradisional yang masih
mengharuskan siswanya mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian warga
yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah tergambar jelas di
novel ini. Sehingga menambah khazanah budaya yang lebih Indonesia.
Nilai Agama : Nilai agama pada
novel ini juga secara jelas tergambar.Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga
tokoh ini belajardalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam dan
petuah-petuah Taikong (kyai) yang begitu hormat mereka patuhi. Hal itu juga
yang membuat novel ini begitu kaya.
4.
Sinopsis
“3 Seorang
pemimpi. Setelah tamat SMP, melanjutkan ke SMA Bukan Maen. Disinilah perjuangan
dan mimpi ketiga pemberani ini dimulai. Ikal, salah satu dari anggota Laskar
Pelangi, Arai, saudara sepupu Arai yang sudah yatim piatus ejak SD dan tinggal
di ruamh Ikal, sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Ayah danIbu Ikal. Dan Jimbron, anak angkat seorang pendeta karena yatim piatu juga sejak
kecil. Namun pendeta yang sangat baik dan tidak memaksakan keyakinan Jimbron,
malah mengantarkan Jimbron menjadi muslim yang taat.
Arai dan Ikal begitu pintar dalam sekolahnya, sednagkan Jimbron, si
penggemar kuda ini biasa-biasa aja. Malah menduduki rangking 78 dari 160 siswa.
Sedangkan Ikal dan Arrai selalu menjadi 5 3 besar. Mimpi mereka sangat tinggi,
karena bagi Arrai, orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa
mimpi-mimpi. Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan study
ke SArbonne Perancis. Mereka terpukau dengan cerita Pak Beia, guru seninya,
yang selalu meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja keras, menjadi kuli ngambat
mulai pukul 2 pagi sampai jam 7 dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah
perjuangan ketiga pemuda itu. Mati-matian menabundemi mewujudkan impiannya. Ya,
meskipun kalau dilogika, tabungan mereka tidak akan cukup untuk samapi kesana. Tapi jiwa optimisme
Arai tak terbantahkan.
Setelah selesai SMA,
Ari dan Ikal merantai ke Jawa, Bogor tepatnya. Sedangkan Jombron lebih emmilih
untuk menjadi pekerja di ternak kuda di Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua
celengan kudanya yang berisi tabungannya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia
yakin kalau Arai dan Ikal spai di Perancis, maka jiwa Jimbronpun akan selalu
ebrsama mereka. Berbula-bulan terkatung0katung di Bogor, mencari pekerjaan
untuk bertahan hidup susahnya minta ampun. Akhirnya setelah banyak pekerjaan
tidak bersahabat ditempuh, Ikal ketrima menjadi tukang sortir (tukang Pos), dan
Arai memutuskan untuk merantau ke kAlimantanTahun berikutnya, Ikal memutuskan
untuk kuliah di Ekonomi UI. DAn setelah lulus, ada lowongan untuk mendapatkan
biasiswa S2 ke Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhrinya
sampailah pada pertandingan untuk memperebutkan 15 besar.
Saat wawancara tiba,
tidak disangka, profesor pengujia begitu terpukau dengan proposal riset yang
diajukan Ikal, meskipun ahanya berlatar belakang sarjana Ekonomi yang amsih
bekerja sebagai Tukang Sortir, tulsiannya begitu hebat. Akhirnya setelah
wawancara selai, siap yang menyangka. KEjutan yang luar biasa. Warai pun ikut
dalam wawancara itu. Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka berdua
dipertemukan dalams uatu forum yang begitu indah dan terhormat. Begitulah Arai,
selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudha direncanaknnya bertahun-thaun. TErnyata dia kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan Bilogi.
Tidak kalah dengan Ikal, proposal Risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat
untuk menghasilkan teori baru.
Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke BElitong.
Dan ketika ada surat datang, merka berdebar-debar membuka isinya. PEngumuman
peberima Beasiswa ke Eropa. Arai begitu sedih karena dia sangat merindukan
kedua orang tuanya. Sangat ingin emmbuka kabar tu bersama orang yang sanagt dia
rikan. Kegelisahan dimulai. Tidak kuasa mengetahui isi dari surat itu. Akhirnya
Ikal ketrima di Perhuruan tinggi, Sarbone PErnacis. Setelah perlahan
mencocokkan dengan surat Arai, Subhannallah, inilah jawaban dari mimpi2 mereka.
Kedua sang pemimpi ini diterima di Universitas yang sama. Tapi ini bukan akhir
dari segalanya. Disinilah perjuanagan dari mimpi itu dimulai, dan siap
melahirkan anak-anak mimpi berikutnya.
5.
Penilaian
Alur
cerita dan gaya bahasa yang disuguhkannya mampu dikemas begitu apik dari awal
hingga akhir. Ditinjau dari segi intrinsiknya, novel ini bisa dibilang hampir
tanpa cela. Sebab di setiap peristiwa, Andrea dengan cerdas menggambarkan
karakteristik dan deskripsi yang begitu kuat pada tiap karakternya. Sehingga
pembaca bisa dengan mudah menafsirkan arah jalan ceritanya. Bahasanya pun
sangat memikat, dengan dibumbui ragam kekayaan bahasa dan imajinasi yang luas.
Novel ini memiliki kekayaan bahasa sekaligus keteraturan berbahasa Indonesia.
Dimulai dari istilah- istilah saintifik, humor metaforis, hingga dialek dan
sastra melayu bertebaran di sepanjang halaman. Mulanya, cerita ini lebih
bernuansa komikal dengan latar kenakalan remaja pada umumnya. Canda tawa khas
siswa SMA sangat kental. Namun lebih dalam menjelajahi setiap makna kata demi
kata, terasalah begitu kuat karakter yang muncul di tiap-tiap tokohnya.
Terlebih saat Andrea membawa kita ke dalam kenyataan hidup
yang harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya seakan sudah mencapai titik kemustahilan, dan dengan sensasi filosofis Andrea kembali membangkitkan obor semangat meraih mimpi dan menekankan begitu besarnya kekuatan mimpi Ikal yang akhirnya dapat mengantarkannya ke Sorbonne, kota impiannya.
yang harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya seakan sudah mencapai titik kemustahilan, dan dengan sensasi filosofis Andrea kembali membangkitkan obor semangat meraih mimpi dan menekankan begitu besarnya kekuatan mimpi Ikal yang akhirnya dapat mengantarkannya ke Sorbonne, kota impiannya.
Selain
menggambarkan betapasuperpower-nya kekuatan mimpi, pada
novel ini Andrea juga mencitrakan kebijaksanaan seorang ayah yang begitu besar. Pengorbanan dan ketulusan seorang ayah dalam mendukung mimpi anaknya di tengah keterbatasan hidup menjadikan semangat tak terbeli bagi Ikal dan Arai dalam menggapai impiannya. Disinilah cerita mulai berevolusi menjadi balada yang begitu mengharu biru. Kesabaran seorang ayah dan rasa sayang seorang anak yang luar biasa besarnya kepada sang ayah menyempurnakan novel ini menjadi bacaan yang begitu kolosal dan sarat akan pesan-pesan moril.
novel ini Andrea juga mencitrakan kebijaksanaan seorang ayah yang begitu besar. Pengorbanan dan ketulusan seorang ayah dalam mendukung mimpi anaknya di tengah keterbatasan hidup menjadikan semangat tak terbeli bagi Ikal dan Arai dalam menggapai impiannya. Disinilah cerita mulai berevolusi menjadi balada yang begitu mengharu biru. Kesabaran seorang ayah dan rasa sayang seorang anak yang luar biasa besarnya kepada sang ayah menyempurnakan novel ini menjadi bacaan yang begitu kolosal dan sarat akan pesan-pesan moril.
6.
kesimpulan
Buku ini sangat bagus
Entah yang pasti kita bisa terhanyut dalam adegan – adegan nya. Bagaimana
Ikal dan Arai membantu Maryamah dan anaknya Nurmi yang datang untuk meminta
beras, sampai akhirnya mereka bisa berjualan. Seperti nya Andrea Hirata senang
memberikan satu atau dua petunjuk tentang lanjutan tetralogi ini, Novel Sang Pemimpi atau lanjutan dari Laskar Pelangi ini
layak dibaca siapapun. Terdapat banyak unsure pendidikan yang terkandung dalam
novel ini. Contohnya mengajak kita mandiri dan bertanggung jawab. Itu adalah
salah satu tugas yang sangat besar.